Oleh: Syarifuddin (Widyaiswara LPMP Sumatera Barat)





Pendahuluan
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”(QS. Al Anbiya:107). Demikian juga dalam ayat lain Allah SWT berfirman Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”. Jadi, persoalan budaya dan karakter merupakan persoalan mendasar bagi ummat manusia, sehingga Tuhan semesta alam perlu menyatakannya dalam Al Quran, dan memberi model yang tepat dalam implementasinya. Dengan demikian pembangunan dan pembinaan karakter merupakan hal yang harus selalu menjadi prioritas dalam kehidupan kita dalam dimensi agama maupun berbangsa dan bernegara.

Begitu banyak persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupn politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat.
Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah melaui pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang harus dilaksanakan, klarena bersifat preventif. Sebagaimana kita ketahui hanya melalui pendidikan lah dapat dilakukan pembangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Dengan demikian pendidikan karakter memiliki tujuan yang jelas, yang dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan dasar pada sbudaya dan karakter. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.

Pembahasan
Kemendiknas sejak 2010 telah menyatakan bahwa, perdidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Sedangkan fungsi pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Lickona (1991) menegaskan bahwa: “In character education, it’s clear we want our children are able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right-even in the face of pressure form without and temptation from within. Pandangan tersebut dikenal dengan educating for character. Dia menegaskan pendidikan karakter amatlah penting, karena menggambarkan tujuan sekaligus harapan yang besar pada generasi, sebagaimana yang diungkapkannya bahwa dalam pendidikan karakter, jelas kami ingin anak-anak kami dapat menilai apa yang benar, sangat peduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini benar - bahkan dalam menghadapi bentuk tekanan tanpa dan godaan dari dalam.
Dalam wikipedia Foerster seorang ilmuan pernah mengatakan bahwa tujuan utama dari pendidikan adalah untuk membentuk karakter karena karakter merupakan suatu evaluasi seorang pribadi atau individu serta karakter pun dapat memberi kesatuan atas kekuatan dalam mengambil sikap di setiap situasi.
Adapun tujuan pendidikan karakter menurut wikipedia bagi individu adalah agar setiap individu mengetahui berbagai karakter baik manusia, mengartikan dan menjelaskan berbagai karakter, dapat enunjukkan contoh perilaku berkarakter dalam kehidupan sehari-hari, serta memahami sisi baik menjalankan perilaku berkarakter.
Dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan karakter tersebut, pemerintah telah membuat desain induk Pendidikan Karakter. Melalui Kementerian Pendidikan Nasional, pemerintah juga telah menjelaskan konfigurasi karakter dalam konteks proses psikososial dan sosial-kultural dalam empat kelompok besar, yaitu: olah hati (spiritual and emotional development);  olah fikir (intellectual development); dan olah raga dan kinestetik (physical and kinesthetic development); serta olah rasa dan karsa (affective and creativity development). Keempat kelompok konfigurasi karakter tersebut memiliki unsur-unsur karakter inti sebagaimana dalam Table Kelompok Konfigurasi Karakter derikut:

Tabel 1. Kelompok Konfigurasi Karakter
No
Kelompok konfigurasi Karakter
Karakter Inti
(Core Characters)
1
Olah Hati
·       Religius
·       Jujur
·       Tanggung Jawab
·       Peduli Sosial
·       Peduli Lingkungan
2
Olah Fikir
·       Cerdas
·       Kreatif
·       Gemar Membaca
·       Rasa Ingin Tahu
3
Olah Raga
·       Sehat
·       Bersih
4
Olah Rasa dan Karsa
·       Peduli
·       Kerja sama (gotong royong)
(Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011:5)

Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha dan media masa. Pendidikan karakter melalui satuan pendidikan, yang selama ini telah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional yang merupakan nilai prakondisi (the exsisting values) diantaranya adalah takwa, bersih, rapi, nyaman, santun dan sebagainya.
Pelaksanaan pendidikan karakter perlu diperkuat melalui beberapa aspek nilai-nilai yang berkembang di tengah masyarakat. Berdasarkan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, dan peduli sosial, serta tanggung jawab. Sehingga diharapkan tujuan pendidikan karakter dapat membentuk sikap dan perilaku terhadap nilai karakter yang telah diidentifikasi.
Apabila diuraikan deskripsi dari masing-masing nilai karakter dapat menunjukan gambaran yang lebih kongkrit untuk mambangun pemahaman terhadap makna dari masing-masing nilai karakter yang dideskripsikan. Sekaligus hal tersebut merupakan tujuan yang diharapkan, sehingga muncul nilai-nilai yang menunjukan sikap dan perilaku karakter yang dapat terimplementasi dalam kehidupan nyata. Diantara nilai-nilai karakter tersebut adalah nilai religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Demikian juga pada nilai jujur, toleransi, disiplin, dan kerja keras. Bahwa jujur adalah perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Toleransi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Sedangkan nilai karakter disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kerja keras dapat dideskripsikan sebagai Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Kreatif, mandiri, demokratis, dan rasa ingin tahu juga merupakan nilai karakter yang harus tumbuh. Maka tujuan pendidikan karakter pada nilai karakter kreatif adalah kemampuan berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Adapun mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Demokrasi merupakan cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Dan rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Pada nilai-nilai karakter selanjutnya juga memiliki tujuan agar terbentuknya sikap dan perilaku sebagaimana akan diuraikan dalam deskripsinya. Semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, dan cinta damai adalah beberapa nilai yang akan dideskripsikan. Semangat kebangsaan adalah Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya, Cinta tanah air merupakan Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Adapun menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuai yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Bersahaba atau komunikatif merupakan tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Dan cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
Gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggung jawab juga merupakan nilai-nilai yang perlu dibangun dalam menggapai tujuan pendidikan karakter. Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Peduli lingkungan merupakan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kekrusakan alam yang sudah terjadi. Peduli social adalah Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Dan nilai karakter tanggung jawab adalah Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Penutup
Pada akhirnya, tujuan pendidikan karakter ini diharapkan akan membentuk sikap dan perilaku yang baik dan mulia bagi yang mengamalkannya. Sehingga seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya akan melaksanakan yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini tentu akan membawa kepada keselamatan seluruh umat manusia.

Daftar Rujukan
Al-Quran. 2011. Al - Qur'an dan Terjemah. Kementerian Agama RI. Bandung: CV Fokusmedia
Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Penguatan Metodolog Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untkj Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Lickona, T. 1991. Educating for character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books
Suparlan. 2010. Pendidikan Karakter: Sedemikian Pentingkah dan Apa yang Harus Kita Lakukan?
Wangi, Ratna Mega. 2007. Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Jakarta: Viscom Pratama.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_karakter (30-12-2018)